Kemitraan Menjadi Kunci Berhasilnya Program Peremajaan Sawit Rakyat

06/10/21

 

InfoSAWIT, JAKARTA – Tantangan  kelapa sawit dalam kompetisi perdagangan  minyak nabati lain semakin kompleks, karena itu kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) diharapkan bisa diterima secara global.  Salah satu upaya menjawab tantangan itu adalah dengan pengembangan kemitraan.

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan hal ini dalam webinar ASPEKPIR serie 1 “Perkuat Kemitraan dengan Pola Terkini Untuk Masa Depan Sawit Indonesia Berkelanjutan” yang didukung Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Selasa (5/10), dihadiri InfoSAWIT.

Diungkapkan Airlangga, kemitraan bakal  memperkuat rantai pasok, sebab itu petani  perlu mendapatkan fasilitas  terutama untuk  meningkatkan produktivitas  sekaligus mendapatkan dukungan pembiayaan. Olehkarenanya, Asosiasi Petani dan asosiasi pengusaha diharapkan dapat  duduk bersama untuk mempertebal pola kemitraan  perkebunan kelapa sawit sehingga iklim usaha yang sehat terus dapat diciptakan.

Asosiasi Petani Kelapa Sawit PIR Indonesia juga diharapak bisa berkontribusi dengan membangun kesadaran dan persepsi positif terhadap industri kelapa sawit dengan memberikan informasi yang akurat. Traceability juga bisa diperkenalkan pada masyarakat.

“Saya yakin Aspekpir  mampu berperan secara nyata bersama pemerintah dan stakeholder lainnya untuk membangun industri  ini agar  kuat, berkelanjutan dan bermanfaat bagi rakyat Indonesia,” tutur Airlangga.

Pada 2019 lalu luas tutupan kelapa sawit mencapai 16,38 juta ha dengan kepemilikan kebun swasta sekitar 53%, BUMN sebanyak 6% dan kebun sawit rakyat 41%. Tahun 2030 para ahli memprediksi perkebunan rakyat menjadi mayoritas menjadi 60%, swasta 36% dan BUMN 4%. Peran perkebunan rakyat sangat signifikan sehingga pembangunan kelapa sawit menjadi perhatian pemerintah, selain investasi swasta sebagai penggerak ekonomi yang semakin menggeliat.

“Sawit merupakan tulang punggung perekonomian dan merupakan primadona industri ekspor. Termasuk industri strategis karena itu semua komponen masyarakat termasuk ASPEPKPIR harus menjaga sustainability industri ini,” kata Menko Perkekonomian.

Ketua Umum ASPEKPIR Indonesia, Setiyono menyatakan salah satu  penyebab sawit bisa berkembang seperti sekarang adalah karena pola kemitraan PIR. Pola kerjasama petani perusahaan ini sudah terbukti meningkatkan kesejahteraan petani dan menguntungkan perusahaan.  Aspekpir sudah ada di 14 provinsi dengan luas sekitar 1 juta ha.

“Walau dari sisi luasan kecil dan programnya sudah dihentikan tetapi bisa jadi contoh. Saya berharap pola PIR digiatkan lagi karena buktinya sudah jelas. Tidak perlu membuat pola-pola baru yang belum terbukti. Kunci kemitraan saling ketergantungan dan saling membutuhkan. Semuanya menjalankan perannya masing-masing. Kemitraan gagal terjadi karena masing-masing tidak menjalankan komitmennya,” kata Setiyono.

Untuk PSR, khusus plasma, Setiyono minta kepada pemerintah supaya regulasi  tidak memberikan kesempatan menjadi swadaya. Pola PIR didisain sejak awal sedeimikian rupa mendukung kebutuhan PKS bisa dipenuhi dari kebun inti dan plasma. Kalau plasma menjadi swadaya dan tidak memasok ke PKS itu lagi maka menjadi berantakan.

Kemitraan juga harus dengan perusahaan yang bonafid. Salah satu penyebab pecahnya kemitraan karena perusahaan tidak bonafid. “Kalau ada masalah maka perusahaan harus ditegur jangan kemitraannya yang diputuskan. Beberapa group besar kemitraannya tetap berjalan karena betul-betul dijaga supaya saling menguntungkan keduabelah pihak,” tandas Setiyonno. (T2)