InfoSAWIT, JAKARTA – Pemupukan yang harus dilakukan oleh kebun kelapa sawit adalah pemupukan janjangan kosong, karena janjangan kosong yang dihasilkan sangat banyak yaitu 20% dari Tandan Buah Segar (TBS) sawit yang diolah. Pabrik Kelapa Sawit dengan kapasitas olah 45 ton/jam atau bisa mengolah rata-rata 900 ton TBS per hari akan bisa menghasilkan janjangan kosong 180 ton/hari.
Jika Pabrik mempunyai incenerator yang telah mendapat izin dari Dinas Lingkungan maka janjangan kosong tersebut akan dibakar dan bisa mengahasilkan 10 % abu janjang atau 18 ton perhari yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman kelapa sawit.
Janjangan kosong yang dihasilkan 180 ton/hari tersebut akan bisa dimanfaatkan sebagai pupuk di kebun kelapa sawit dengan dosis janjangan kosong 35 ton/Ha kebun kelapa sawit, maka areal yang bisa di pupuk 5 Ha/hari atau 1.500 Ha/tahun jika pemanfaatannya 100%. Biasanya pemanfaatnnya 85% atau sama dengan pemupukan janjangan kosong yang bisa dilakukan seluas 1.275 Ha/tahun.
Potensi ini sangat besar dan harus bisa dimanfaatkan oleh perkebunan kelapa sawit karena jika tidak dimanfaatkan akan menjadi masalah limbah bagi Pabrik dan kebun yaitu: rawan kebakaran, sumber hama penyakit dan mengurangi kerapian kebun serta melanggar undang-undang lingkungan.
Berikut adalah sistem ecer dan tabur janjangan kosong di kebun sawit:
Pertama, janjangan kosong diangkut dari Pabrik Kelapa Sawit, ditimbang kemudian diangkut kelapangan dikawal oleh mandor ecer dan kemudian diletakan ditempat yang telah ditentukan yang ditandai dengan tanda bendera dari plastik, Dituang dan diberi pancang tulisan jumlah tonasenya, diserah terimakan kepada mandor ecer yang juga mencatat beratnya agar aplikasi dilapangan telah sesuai dengan dosis anjuran yang ditetapkan 35 ton/ha/tahun.
Jika pengangkutannya menggunakan traktor maka janjangan kosong bisa langsung diletakan dalam 4 -5 tumpukan sehingga mendekatkan jankos ke pokok kelapa sawit untuk mempermudah pengeceran ke titik aplikasi.
Kedua, titik-titik aplikasi diantara pokok kelapa sawit dengan dosis tergantung pokok perha. Dengan dosis janjangan kosong 35 ton/ha jumlah pokok per Ha 136-140 pokok, maka dosis/pokok adalah 250 kg.
Ketiga, janjangan kosong diletakan diantara pokok ke arah gawangan sawit persegi panjang kalau BJR Tanamannya 15 kg maka berat janjangan kosongnya 3 kg sehingga janjangan kosong disetiap antara pokok adalah sekitar 83 janjangan kosong. Untuk memudahkan dalam kontrol maka mandor akan mengintruksikan agar janjangan kosong diatur dalam persegi panjang 7×12 janjang kosong, sehingga sewaktu dicek ke sampel-sampel titik aplikasi bisa mudah untuk kontrol dan monitor.
Keempat, dalam penaburannya karyawan harus dipersiapkan angkong dan gancu kecil sehingga mudah dalam mengecer janjangan kosong ketitik-titik aplikasi sehingga target ecer 6 ton/Ha/Hk dapat tercapai.
Kelima, aplikasi janjangan kosong ini harus dipastikan 1 lapis karena jika dibiarkan dalam waktu lama dengan 2 lapis atau lebih akan menjadi tempat berkembang biak bagi Oryctes (kumbang tanduk) yang merupakan hama berbahaya bagi tanaman kelapa sawit TBS dan TM yang berakibat tanaman bisa mati jika terserang Oryctes. Disamping itu biaya pengendalian hama yang mahal dan aplikasinya pengendalian membutuhkan perhatian yang lebih sampai tuntas.
Keenam, blok-blok aplikasi ini harus dipastikan seluruh pokok terkena karena langkah selanjutnya setelah 2 x aplikasi maka pemupukan anorganik akan dihentikan dan dilanjutkan pemupukan janjangan kosong ini. Kalau pun ada rekomendasi pupuk anorganik ini setelah dilakukan pengambilan sampel oleh Riset dan tidak 100% seperti biasanya maksimum 40% dari blok lain bahkan ada perusahaan yang menghentikan pupuk anorganik setelah pupuk janjangan kosong ini.
Dan Ketujuh, pengamatan pelapukan janjangan kosong ini terus dimonitor jika jankos sudah melapuk semua maka akan dilakukan aplikasi selanjutnya dititik yang sama dengan interval waktu 10-12 bulan. (Penulis: Ahmad Hulaimi/Praktisi Perkebunan Kelapa Sawit)