Perkebunan Kelapa Sawit di Timur Laut India Ditolak Masyarakat

20/12/21

InfoSAWIT, KOLASIB  – Para pemerhati lingkungan, akademisi, aktivis sosial, dan petani di India menentang rencana pemerintah untuk memperluas produksi minyak sawit di negara bagian perbatasan timur laut karena diyakini tidak akan menguntungkan petani dan merusak lingkungan.

Dikatakan petani sawit, Lalchhana Hmar, dirinya tidak memperoleh keuntungan tahunan mencapai 30.000 rupee (US$ 400) menyusul penggunaan biaya untuk  pupuk, pestisida, buruh dan transportasi, perkebunan kelapa sawit tersebut berlokasi di Kolasib, sebuah distrik di Negara Bagian Mizoram, dekat dengan Myanmar.

Lebih lanjut tutur Lalchhana Hmar, dirinya justru hendak beralih ke tanaman komersial lainnya seperti pinang dan bambu. “Namun mencabut lebih dari 100 phon kelapa sawit yang tumbuh penuh di dua hektar akan membutuhkan biaya mahal,” katanya seperti dilansir Nikkei Asia.

Sebelumnya, Departemen Pertanian Mizoram mulai mendorong petani untuk membudidayakan kelapa sawit pada tahun 2006 lalu, dan menyediakan bibit gratis dan tangki air. Hmar termasuk orang pertama yang mengikuti skema tersebut, tetapi dia mengalami harga TBS yang lebih rendah dari yang diharapkan. Budidaya nanas dengan cara tumpangsari juga tidak berhasil.

Pada bulan Agustus 2021, kabinet Perdana Menteri Narendra Modi menyetujui Misi Nasional Minyak Goreng, yang mempromosikan produksi kelapa sawit di timur laut dan di pulau Andaman dan Nicobar. Investasi 110 miliar rupee diumumkan untuk meningkatkan perkebunan kelapa sawit menjadi 1 juta hektar dari saat ini hanya seluas 34.000 hektar.

Lebih dari setengah luasan perkebunan kelapa sawit tersebut akan berada di delapan negara bagian timur laut. Saat ini hanya negara bagian timur laut yang memproduksi minyak sawit. Mizoram sejauh ini merupakan sentra perkebunan kelapa sawit terbesar dengan 28.000 hektar yang ditanami dibandingkan di daerah Nagaland yang hanya seluas 1.973 hektar.

Rencana tersebut “Akan menjadi pengubah permainan ketika datang untuk membantu petani kelapa sawit dan menciptakan Aatmanirbhar Bharat”, tweet Modi pada bulan Agustus. Istilah Hindi berarti “India yang mandiri.”

Tercatat, India saat ini adalah importir minyak sawit terbesar di dunia dengan mengimpor sebanyak 7,2 juta ton minyak sawit mentah dan olahan senilai US$ 5,1 miliar pada tahun 2020, menurut data PBB. Dari jumlah tersebut, 93% berasal dari Indonesia dan Malaysia. Kedua negara tersebut menghasilkan sekitar 80% minyak sawit di dunia.

Sementara, sekretaris Masyarakat Petani Kelapa Sawit Distrik Kolasib, H. Larlintluanga, mendukung langkah pemerintah untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit, lantaran kata dia, biji minyak tradisional seperti wijen atau sawi bukanlah tanaman yang tahan lama, sementara Kelapa sawit menghasilkan buah selama 20 hingga 25 tahun, dan ada pasar untuk kelapa sawit di semua musim meskipun harganya terkadang rendah.

Menurut sekretaris Serikat Petani Seluruh Mizoram, Zion Lalremrauta, hanya petani kaya dengan banyak tanah yang memperoleh untung. Petani marjinal dengan lahan di perbukitan berjuang untuk mendapatkan air dan harus membayar mahal untuk mengangkut TBS “Banyak petani sudah berhenti membudidayakannya karena merugi,” tandas Zion Lalremrauta. (T2)