Peningkatan Kerjasama Pekerja-Manajemen Melalui Dialog Sosial di Sektor Kelapa Sawit

31/03/24

JAPBUSI.ORG, JAKARTA – ILO memfasilitasi pekerja dan pengusaha di sektor kelapa sawit Indonesia untuk mendorong dialog sosial guna meningkatkan produktivitas dan kerja sama di tempat kerja. Empat puluh dua perusahaan anggota Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) di Kalimantan Barat dan Tengah mengikuti lokakarya pelatihan ILO dan GAPKI mengenai dialog sosial yang efektif untuk sektor kelapa sawit yang produktif dan berkelanjutan. Lokakarya ini bertujuan untuk memperkuat kerja sama pekerja-manajemen dengan meningkatkan kesadaran mereka tentang prinsip-prinsip dialog sosial berdasarkan standar ketenagakerjaan internasional yang relevan.

“Pelatihan ini menginspirasi saya untuk mempromosikan dan meningkatkan dialog sosial di tempat kerja.” kata Rugun Enny salah satu peserta dari Kalimantan Tengah.

Diadakan di Pontianak, Kalimantan Barat pada 6-7 Februari dan Palangkaraya, Kalimantan Tengah pada 19-20 Februari, lokakarya ini tidak hanya mempertemukan perwakilan pekerja dan pengusaha di tingkat perusahaan, namun juga pejabat Kementerian Ketenagakerjaan baik di tingkat nasional maupun provinsi serta perwakilan Jaringan Serikat Pekerja Buruh Sawit Indonesia (Japbusi).

Selama dua hari, para peserta belajar tentang prinsip-prinsip dan hak-hak mendasar ILO di tempat kerja dengan fokus pada kebebasan berserikat dan hak untuk melakukan perundingan bersama. Mereka secara aktif terlibat dalam kegiatan memetakan peluang dan tantangan kerja sama bipartit dan menerapkan strategi praktis untuk meningkatkan kinerja badan dan komite bipartit.

Para peserta juga menganalisis studi kasus tentang bagaimana menggunakan dialog sosial secara efektif untuk memitigasi dan mengatasi permasalahan ketenagakerjaan seperti upah, kontrak kerja dan penyelesaian perselisihan di tempat kerja. Berdasarkan apa yang telah mereka pelajari, para peserta merefleksikan praktik hubungan kerja mereka saat ini dan strategi untuk perbaikan di masa depan.

Niko Beni dan Rugun Enny, dua peserta dari Kalimantan Barat dan Tengah, mengakui manfaat yang didapat dari lokakarya pelatihan tersebut. Keduanya mengatakan bahwa pelatihan ini telah memberikan mereka perspektif baru dalam mencari solusi di tempat kerja melalui dialog sosial yang melibatkan komunikasi dua arah yang transparan antara pengusaha dan pekerja.

“Pelatihan ini menginspirasi saya untuk mempromosikan dan meningkatkan dialog sosial di tempat kerja,” kata Rugun .

“Kami telah memulai sebuah pelantar untuk meningkatkan dialog sosial dan hal ini akan diduplikasi di tingkat provinsi dan kabupaten untuk memastikan kerja sama yang baik antara pekerja dan manajemen dan untuk mencegah risiko kerja paksa di seluruh rantai pasokan kelapa sawit.” ucap Sumarjono Saragih, Kepala Pengembangan Sumber Daya Manusia GAPKI

Sumarjono Saragih, Kepala Pengembangan Sumber Daya Manusia GAPKI, menekankan pentingnya meningkatkan dialog sosial sebagai bagian dari peningkatan citra kelapa sawit Indonesia. Ia menyoroti inisiatif yang dilakukan antara GAPKI dan Japbusi untuk mengembangkan pelantar dialog sosial melalui inisiatif bersama yang disebut JAGASAWITAN.

“Komitmen yang kuat baik dari pengusaha maupun pekerja adalah kunci untuk memenuhi persyaratan pasar mengenai uji tuntas hak asasi manusia. Oleh karena itu, kami telah memulai sebuah pelantar untuk meningkatkan dialog sosial dan hal ini akan diduplikasi di tingkat provinsi dan kabupaten untuk memastikan kerja sama yang baik antara pekerja dan manajemen dan untuk mencegah risiko kerja paksa di seluruh rantai pasokan kelapa sawit,” katanya.

Begitu pula Memed Kosasih, Ketua Unit Dialog Sosial GAPKI, menyatakan bahwa melalui dialog berkelanjutan yang dilandasi itikad baik, pengusaha maupun pekerja di tingkat perusahaan maupun sektoral dapat menciptakan lingkungan kerja yang kondusif sehingga mengarah pada peningkatan kolaborasi dan produktivitas di tempat kerja.

Sementara dari kalangan pengurus serikat buruh, Sekretaris Eksekutif Japbusi, Nursanna Marpaung sangat mengapresiasi pengakuan atas kerja sama pekerja-manajemen melalui dialog sosial, khususnya mengenai kebebasan berserikat dan perundingan bersama. “Dengan dukungan ILO, kami berhasil menandatangani 32 perjanjian perundingan bersama dalam tiga tahun terakhir untuk meningkatkan kondisi kerja di perkebunan kelapa sawit,” tegasnya.

Dukungan ILO diberikan melalui Proyek Memajukan Hak-hak Pekerja di Sektor Kelapa Sawit di Indonesia dan Malaysia . Di Indonesia, proyek ini bertujuan untuk memastikan bahwa serikat pekerja Indonesia yang terlibat dalam rantai pasok kelapa sawit secara efektif melakukan advokasi terhadap hak-hak mendasar pekerja, sementara di Malaysia bertujuan untuk berkontribusi pada penghapusan pekerja anak dan kerja paksa di perkebunan kelapa sawit. (Sumber ILo)